Meraih Indonesia Jaya, Mempersiapkan Generasi Baru Kepemimpinan Bangsa

Rabu, 19 November 2008 | | |

Oleh: Tim Perumus Simposium Pemuda
DPD KNPI Sumatera Barat

Bangsa Indonesia dalam usaha mencapai cita-cita awal pendirian bangsa yaitu merdeka jiwa dan raga sudah memasuki usia 60-an, tepatnya mulai sejak memproklamirkan kemerdekaan. Jauh sebelum proklamasi kemerdekaan perjuangan dengan usaha keras untuk memperoleh kembali kemerdekaan sebagai hak asazi sebagai manusia dan suatu bangsa bermartabat sudah dilakukan secara sporadis yang kemudian terwujud menjadi beberapa dekade yang sudah mengkerucut membentuk nasionalisme Indonesia seperti model gerakan dalam rentang waktu 1908 dan 1928. Suatu pernyataan sikap yang mendahului proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dikumandangkan oleh pemuda Indonesia pada tahun 1928. Sumpah pemuda ini sudah menjadi tonggak awal untuk impian yang bernama Indonesia yang kemudian diwujudkan melalui proklamasi kemerdekaan 1945.

Perjalanan yang tidak mudah dan penuh liku-liku. Banyak pengorbanan sosial, fisik dan waktu untuk menjadi suatu bangsa yang merdeka dan sejahtera. Setelah merdekapun perjalananan itu masihlah panjang. Tantangan di tingkat internal bangsa menjadi persoalan utama disamping percaturan dan hubungan bilateral, regional dan internasional. Saling berebut kekuasaan dan ketidaksesuaian dalam ideologi, cara dan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan, mempertahankan keutuhan bangsa dan kejayaan menjadi batu sandungan yang seringkali menimbulkan luka dan saling mencederai sesama anak bangsa. Sikap dan tindakkan politik untuk mempertahankan kekuasaan telah menjadi potensi laten perpecahan bangsa. Namun dengan penuh rasa syukur kita masih mendapat ridho dan diberi jalan serta selamat sampai hari ini dari parit-parit serta ujian dalam mempertahankan keutuhan bangsa. Ini bisa menjadi cermin rasa cinta yang begitu besar dari rakyat Indonesia terhadap bangsa ini.

Berbagai tekanan, mulai dari masa kolonialisme dan imprealisme yang sangat panjang sampai pada tekanan dan konflik internal serta sampai pada berbagai krisis yang dihadapi pasca Orde Baru tentunya kadang kala menimbulkan rasa pesimis dan skeptis. Di tambah lagi dengan kehidupan yang semakin terasa berat bagi sebagian rakyat Indonesia yang belum kuat secara ekonomi. Di samping sikap skeptis dan pesimis, kita juga dilanda sikap pragmatis dan ditambahkan lagi budaya materialistis yang berujung pada budaya konsumtif, lalu koruptif telah menjadikan bangsa kita dikepung oleh berbagai permasalahan yang masih saja menghantui kita.

Di tengah beban sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya, kita mulai melihat titik cerah potensi bangsa ini sangat besar untuk menjadi bangsa yang kuat dan berjaya. Potensi ini tentunya akan menjadi efektif kalau generasi hari ini dan yang akan datang bisa mengambil hikmah dari setumpuk permasalahan dan kegagalan pada masa lalu dan mengambil berbagai intisari dari kesuksesan masa lalu yang juga tidak kalah pentingnya sebagai modal sosial untuk kita percaya diri menatap hari depan.

Generasi baru atau pemuda Indonesia hari ini hendaknya dapat belajar dari masa lalu agar bisa menjadi lebih baik dan lebih memiliki kesadaran nasionalisme yang lebih baik serta mencintai bangsa yang begitu besar dan kaya ini. Indonesia tentu akan jauh lebih maju kalau generasi pemimpinnya yang akan datang adalah orang-orang yang bijak, adil, toleran, tulus dan tidak pendendam serta memiliki identitas dan keberpihakkan kepada rakyat bangsa ini, memiliki prinsip dan idealisme sehingga tidak gampang terombang ambing oleh berbagai tarik menarik kepentingan dunia luar dan juga tarik menarik kepentingan kekuasaan sesaat.

Mengingat perlunya sesegera mungkin membangunkan kesadaran seluruh elemen pemuda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa maka diskursus baru yang menyentuh berbagai unsur pemuda baik yang aktiv di organisasi pemuda, partai politik, LSM, akademisi atau intelektual dan lainnya. Pola gerakan yang bermuatan intelektual, cerdas dan konstruktif perlu serta bersifat dialogis harus lebih diperbanyak sehingga pemuda-pemuda yang akan tampil sebagai calon pemimpin bangsa di masa ini dan akan datang lebih mampu berpikir jernih, toleran, rasional, realistis dan strategis tidak seperti yang selama ini banyak terjadi di tingkat berbagai organisasi yang hanya menampakkan kerakusan terhadap kekuasaan dan jabatan serta politik pragmatis yang menghalalkan berbagai cara.

Didasari hal-hal inilah perlu diadakan satu pertemuan atau simposium yang bermaksud mengembangkan visi dan mematangkan gagasan generasi muda serta memberikan tawaran-tawaran solusi sebagai calon pemimpin baru bangsa ini. Pilihan kegiatan ini juga diambil oleh KNPI Sumatra Barat melalui Pusat Studi Pemuda KNPI Sumatra Barat dalam rangka mendorong paradigma baru gerakan pemuda yang lebih baik. Kegiatan ini diharapkan mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada.

0 komentar: